|
Pertekom dan Jurnalistik |
Kewartawanan atau jurnalisme berasal dari kata journal, yang berarti catatan harian atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, dapat juga diartikan sebagai surat kabar. Kata dasarnya “jurnal” (journal), artinya laporan atau catatan, atau “jour” dalam bahasa Prancis yang berarti “hari” (day). Asal-muasal kata jurnalistik dari bahasa Yunani Kuno, “du jour” yang berarti hari, yakni kejadian hari ini yang diberitakan dalam lembaran tercetak. Journal berasal dari istilah bahasa Latin diurnalis, yaitu orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik.
Menurut KBBI, Jurnalistik adalah kegiatan yang menyangkut kewartawanan dan persuratkabaran, serta alat-alat elektronik sebagai media, seperti mengolah dan menyiarkan berita melalui radio atau televisi.
Jurnalistik bisa dibatasi secara singkat sebagai kegiatan penyiapan, penulisan, penyuntingan, dan penyampaian berita kepada khalayak melalui saluran media tertentu. Jurnalistik mencakup kegiatan dari peliputan sampai kepada penyebarannya kepada masyarakat. Sebelumnya, jurnalistik dalam pengertian sempit disebut juga dengan publikasi secara cetak.
Saat ini, pengertian tersebut tidak hanya sebatas melalui media cetak seperti surat kabar, majalah, dan lain sebagainya, namun meluas menjadi media elektronik seperti radio atau televisi. Bahkan, akhir-akhir ini juga telah berkembang jurnalistik secara tersambung (online journalism).
Dengan melajunya perkembangan jaman, banyak pula perkembangan yang terjadi dalam teknologi komunikasi. Berbagai media canggih dapat dijumpai, diantaranya adalah gadget dan layanan internet. Hampir semua laptop, tablet dan handphone sudah memiliki fasilitas internet sehingga memudahkan kita untuk mengakses informasi darimana pun.
Sejak jaman dulu, kegiatan jurnalisme berkaitan erat dengan perkembangan teknologi. Dari mulai penulisan berita tanpa mesin atau alat, kemudian muncul mesin ketik, dan yang paling menonjol adalah mulai digunakannya mesin cetak, sehingga penulisan berita bisa menggunakan foto. Pada 1893, untuk pertama kalinya surat-surat kabar di Amerika menggunakan tinta warna, dan pada 1899 mulai digunakan teknologi merekam ke dalam pita, walaupun belum banyak digunakan oleh kalangan jurnalis saat itu.
Sekitar 1920, surat kabar dan majalah mendapat pesaing baru, dengan maraknya radio berita, dan pada tahun 50-an perhatian masyarakat mulai teralihkan dengan munculnya televisi. Perkembangan teknologi komputer yang sangat pesat pada era 70 tau 80 juga ikut mengubah secara keseluruhan proses produksi berita.
Memasuki era 90-an, teknologi komputer tidak hanya di ruang redaksi saja. Komputer dan laptop sudah dilengkapi modem dan teknologi wireless. Akses pengiriman berita (termasuk teks, foto, dan video) pun sudah bisa melalui internet atau satelit. Hal ini lebih memudahkan para jurnalis dalam proses peliputan.
Sedangkan pada 2000-an, muncul situs-situs pribadi yang juga memuat laporan jurnalistik pemiliknya. Istilah untuk situs pribadi ini adalah weblog dan sering disingkat menjadi blog. Tidak semua blog berisikan laporan jurnalistik, tapi memang banyak yang memuat informasi-informasi berkualitas.
Internet telah menghadirkan sekian macam bentuk jurnalisme yang sebelumnya tidak kita kenal. Salah satunya adalah yang kita sebut sebagai ‘jurnalisme warga’ (citizen journalism).
Dengan biaya relatif murah, kini setiap pengguna internet pada dasarnya bisa menciptakan media sendiri. Mereka dapat melakukan semua fungsi jurnalistik, dari mulai merencanakan liputan, meliput, menuliskan hasil liputan, mengedit tulisan, memuatnya dan menyebarkannya di berbagai situs gratis.
Dengan demikian, semua orang yang memiliki akses terhadap internet sebenarnya bisa menjadi ‘jurnalis’ meski tentu saja kualitas jurnalistiknya masih bisa dibedakan dengan jurnalis yang berlatar belakang pendidikan Ilmu Komunikasi Jurnalistik. Munculnya ‘jurnalisme warga’ ini dapat menghasilkan banyak informasi, yang memudahkan masyarakat untuk mengetahui berita secara cepat dan akurat, meskipun ada juga yang berujung hoax (berita palsu).
Selain itu, pada era ini juga muncul media jurnalistik multimedia. Perusahaan-perusahaan media telah menambah berbagai segmen pasar dan pembaca berita. Tidak hanya bisnis media cetak, radio, dan televisi, tapi juga media internet. Setiap pengusaha media dan kantor berita memiliki media internet agar tidak kalah saing penyebarluasan beritanya ke berbagai kalangan, dan mereka dapat memposting berita setiap hitungan menit.